Selasa, Januari 27, 2009

apa karena aku bahagia ya?


Entah kenapa, beberapa hari ini saya jadi berbeda.
Pertama ditinjau dari segi jadwal makan.
Kalau kemaren-kemaren, meski uda sarapan tetap aja laper di jam 11an.
Sekarang gak gitu, paginya sarapan, siangnya gak laper, kalopun malam gak makan, kayanya gak papa gitu.
Trus, soal fisik yang makin seger aja niy. Asli. Aku bingung koq bisa gitu ya.
Apa karena suplemen nukhbawi yang aku minta (hehe, makasi Mardi...) 2 hari berturut-turut yaitu madu plus habatussauda itu atau karena CERAGEM atau karena aku bahagia lantaran .....

Yang jelas aku masih bingung sampe sekarang.
Kini aku sedang mencoba menghabiskan bekal makan siang yang kubawa dari rumah.
Lumayan variatif menunya: nasi putih, sayur bening brokoli jagung, tongkol goreng dan telor dadar buatan Ayah tercinta (masakan Ayah emang lezat-lezat....). Dan aku berusaha menghabiskannya karena gak sopan kali kalo gak dari awal ngajak makan bareng trus pas pertengahan makan, nasinya gak habis, minta yang laen ngabisin...bener kan? bener dunk!

Jadi aku masih kebingungan karena apa sebabnya.
Kalo aku tau aku bakal jabanin jadi kebiasaan.
Kalo karena suplemen EXER yang Mardi kasi (beliau adalah seorang kru Mujahidin FM yang sangat baik hingga memberikan madunya pada teman-teman radio termasuk aku, ataukah itu termasuk persuasinya untuk mengajak kami masuk EXER? Allohua'lam. Hiks, bukan bermaksud su'udzon padamu, di...)

Ataukah karena CERAGEM yang kucoba di rumah Mak Haji Azizah. Beliau ialah seorang narasumberku untuk Kolom Sajadah Fajar di Majalah Qalam bulan depan. Emang enak sih abis 'dipanasi' pake alat dari Thailand itu. Eh, bener gak ya dari Thailand?

Ataukah karena kebahagiaan yang kurasakan beberapa hari ini lantaran sesuatu yang telah terjadi? Hemm, asli kalo ditanya aku bahagia atas kejadian tersebut. Awalnya deg degan trus nervous trus jadi senyum senyum terus terus jadi kebawa mimpi terussss....bahagia mpe sekarang.

Hemmm, gak tau deh apa sebab perbedaan yang terjadi pada diriku sekarang ini.
Bisakah kalian memberitahuku?

Jumat, Januari 23, 2009

celakalah bagi orang yang sholat


Tulisan ini sebagai jawaban buat 2 blogger temen saya yang ngomen di postingan sebelumnya 'jangan tanam benih apapun'.

Pernah dunk denger kalimat di atas?
Celakah bagi orang yang sholat.
Itu bukan kata saya, melainkan kataNya di kitab suci kita semua: Al-Qur'an.
Tepatnya di surah Al-Maa'uun ayat 4.
Kalau aja kita stop di ayat itu, tentu jadi alasan buat ninggalin sholat, yah secara, Allah nyuruh kita sholat dan itu adalah ibadah yang paling utama, jadi tiang dalam agama Islam tapi koq bisa-bisanya bilang 'celakalah bagi orang yang sholat'???
Koq Allah ga konsisten dalam berfirman?
Kenapa Allah bisa ga teliti dalam menurunkan titah pada makhluk-Nya?

Bisa aja kita ngomong gitu kalo kita males baca lanjutan dari ayat itu.
Banyak dari kita tau kelanjutan ayat itu dalam bahasa Arab:
(4) Fawaylullil mushollin
(5) Alladzina hum an sholatihim saahuun
(6) Alladzina hum yuraauuna
(7) Wayamnauu nal maa'uun.

Tapi tau gak sih kita artinya dalam bahasa ibu kita: Indonesia.
(4) Celakalah bagi orang yang sholat
(5) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
(6) orang-orang yang berbuat ria
(7) dan enggan (menolong dengan) barang berguna.

Back to tulisan saya sebelumnya 'jangan tanam benih apapun'.
Sebelumnya terima kasih buat mardee dan brajadenta yang uda kasi komen lebih tepatnya kritik terkait judulnya yang kayanya terkesan provokatif. Apalagi terkait amal kebajikan buat tabungan akhirat ntar.

Saya nulisnya sebenarnya bukan ke arah sana-sana: akhirat.
Tapi saya tau ini juga bisa ke arah situ-situ: akhirat.
Toh saya mempersilakan semua yang baca buat melihatnya dari berbagai perspektif.
Tapi sekali lagi, bahasa provokasi seperti itu telah ada di Al-Qur'an sejak lebih dari 14 abad silam. Kayanya aja melarang kita untuk berbuat kebaikan, padahal tujuannya supaya pembaca melihat lebih jauh apa maksud sesungguhnya.

Sama seperti cover majalah Sabili terbaru (yang gak saya dapetkan di mbah gugel), judulnya: bunuh saja anak palestina. ya, mikir aja masa majalah radikal selevel Sabili bisa ngomong gitu dengan maksud sepolos itu? Gak mungkin lah. Belum baca aja saya udah tau maksudnya, pasti gak gitu. Itu bahasa provokasi media supaya yang baca covernya jadi tertarik buat baca dan syukur-syukur dibeli. (Yea, media is cool, man!)

Anyway, finally saya gak tau apa tulisan saya ini cukup memuaskan buat 2 blogger temen saya itu: mardee dan brajadenta yang uda komen di postingan sebelumnya. Yang jelas, salah satu inti dari tulisan saya 'jangan tanam benih apapun' adalah jangan lakukan sesuatu kalo gak siap dengan akibat dari perbuatan itu.

Kalo kita ngelakuin sesuatu, kita harus tau apa konsekuensinya, apapun itu. Entah yang akan kita lakukan itu baik atau buruk. Kalau baik, ya siap-siap aja ada yang komen: mendukung atau menolak, mencela, menyemangati dll. Kalau kita bakal ngelakuin yang buruk misalnya ngeliat gambar porno atau iklan di TV yang syur gitu, siap-siap aja tar tuh gambar melintas lagi di pikiran kita trus kita jadi mengangankannya trus kita jadi pingin melakukannya trus jatoh-jatohnya maksiat gitu...ya thats for example ajah.

Okeh, segitu aja tulisan saya kali ini.
Once again buat mardee dan brajadenta: makasi da komen tulisan saya sebelumnya.
So komen lagi dunk karena postingan ini ditulis juga karena komentar kalian.
Buat semua yang baca en buat saya pribadi:
jangan (sok) berani ngelakuin sesuatu kalo takut nerima konsekuensinya.
Berani berbuat, berani tanggung jawab.
Kalau gak, ya gak usah dilakuin: gitu aja koq repot.



Jumat, Januari 16, 2009

jangan tanam benih apapun


apa yang kau harap dari menanam benih?
tentu hasilnya.

mungkin buah, mungkin bunga, atau lainnya
proses menunggu masa panen itu biasanya indah
bagi siapapun yang menikmati
menyiramnya dengan air,
menggemburkan tanahnya,
memberi pupuk,
melihat-lihat sekadar ingin tahu kondisinya,
mengamati pertumbuhan tanaman itu,
dan lain kisah keindahannya.

tapi apa yang kau inginkan,
jika kau tanam tapi tak hendak kau petik
bunga atau buahnya?
lebih baik tak usah kau tanam,

jangan tanam benih apapun.

Tulisan ini bukanlah apa-apa
namun bisa berarti apa-apa
karena siapapun yang membacanya
bisa mengartikan dengan ragam hal

Ambil saja esensinya.
Dari manapun kau memandangnya.

Selasa, Januari 13, 2009

Ayah Itu (1)

Ayah itu
inspirasi tentang kasih sayang
tanpa banyak kata
namun sejatinya kurasakan
dalam tiap gerak geriknya
saat dekat,
saat jauh.

Ayah itu
seorang lelaki
kedua yang kuidola
setelah Baginda Nabi saw.

*bersambung*

Minggu, Januari 11, 2009

biarlah pecah di perut asal jangan pecah di mulut


This writing dedicated to this date: sebelas januari.


Ada segenggam asa ada di tanggal itu. Tentang sebuah memori yang harap terwujud jadi nyata. Sekalipun tidak seratus persen mengacu pada memori tersebut. Paling tidak esensinya, tentang episode hidup yang dinantikan tiap insan di atas muka bumi.

Jadi sekalian saja saya menulis soal kekaguman saya pada seorang saudara. Ia seorang ibu lebih dari tiga anak. Tapi bukan itu yang hendak saya tulis di sini. Namun tentang keteguhannya memegang rahasia saudaranya yang lain.

Adalah ia yang memiliki banyak mad'u. Pernah seorang mad'unya menceritakan sebuah permasalahan yang pada kenyataannya sangat pahit. Ingin ia ceritakan paling tidak pada suaminya. Akan tetapi, tidak! Begitu kata hatinya. Biarlah pecah di perut asal jangan pecah di mulut.

Jujur, perkataan sakti itu terus mengiang di telinga saya manakala ada amanah atau lebih lagi aib tentang seorang saudara yang saya pegang. Saya berusaha seperti ummahat itu yang dapat menahan lisannya. Sungguh saya ingin seperti dia yang dapat mengatasi kegatalan lidah untuk bicara.

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat; barangsiapa memudahkan seorang yang mendapat kesusahan, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan Akhirat; dan Allah selalu akan menolong hambanya selama ia menolong saudaranya.” H.R. Muslim.

Kamis, Januari 08, 2009

Menjaga

Jaga!
Menjaga
Harus dijaga

Menjaga hati
Menjaga mata
Menjaga lisan
Menjaga tatapan
Menjaga nada bicara
Menjaga bahasa tubuh

Menjaga apapun yang tampak
Menjaga semua yang tak kasat mata
Untuk dia
Untuk Dia